Mimin yakin, di antara kalian pasti ada yang lagi sibuk banget nyiapin berkas buat daftar beasiswa. Nah, di antara tumpukan berkas yang harus kamu siapkan, ada dua dokumen yang sering banget bikin bingung, yaitu esai dan motivation letter.
Betul nggak? Mungkin kamu sering bertanya-tanya, apa sih perbedaan essay dan motivation letter dalam beasiswa? Apa keduanya sama aja, cuma beda nama?
Nah, di artikel ini mimin bakal kupas tuntas perbedaan keduanya, lengkap dengan tips supaya kamu bisa menulis dua-duanya dengan efektif.
Apa sih itu Essay dalam Beasiswa?
Essay biasanya adalah tulisan yang lebih luas, bahasannya bisa beragam tergantung topik yang dikasih sama penyelenggara beasiswa.
Misalnya, bisa soal pengalaman hidup, opini tentang isu tertentu, atau refleksi pribadi. Fokus essay itu biasanya lebih ke analisis dan argumentasi. Jadi kamu bukan cuma cerita, tapi juga ngasih alasan, fakta, dan contoh buat mendukung pendapatmu.
Nah, essay ini penting banget karena di sini kamu nunjukin kualitas berpikirmu. Kalau essay kamu terlalu singkat atau kurang detail, juri beasiswa bakal susah nilai kemampuan kamu secara menyeluruh.
Apa itu Motivation Letter?
Kalau motivation letter, fokusnya lebih personal dan langsung ke inti: kenapa kamu pengen dapet beasiswa itu, apa tujuanmu, dan bagaimana beasiswa tersebut akan membantu masa depan kamu. Intinya, motivation letter adalah surat yang ngejelasin alasan kuat kenapa kamu harus dipilih.
Dalam motivation letter, kamu bener-bener harus menjual diri sendiri, tapi dengan cara yang jujur dan tulus.
Misalnya, kamu bisa cerita tentang pengalaman yang bikin kamu makin semangat belajar, atau tantangan yang kamu lewatin biar bisa terus maju. Surat ini biasanya nggak sepanjang essay, tapi harus padat dan convincing.
Tujuan dan Karakteristik Masing-Masing Dokumen
Untuk memahami perbedaan keduanya, kita harus lihat dari tujuannya. Kenapa sih pihak pemberi beasiswa minta kedua dokumen ini? Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang dirimu.
1. Essay (Esai)
Esai itu, kalau diartikan gampang, adalah tulisan yang membahas suatu topik dari sudut pandangmu. Kadang, esai ini juga sering disebut personal statement atau statement of purpose.
Pokoknya, pihak pemberi beasiswa ingin tahu gimana cara kamu berpikir, gimana kamu merangkai ide, dan gimana kamu menyampaikan argumen.
Esai itu fokus pada topik yang spesifik. Pihak beasiswa biasanya memberikan pertanyaan. Misalnya, “Ceritakan pengalaman kegagalan terbesar Anda dan apa yang Anda pelajari darinya,” atau “Jelaskan bagaimana Anda akan berkontribusi pada komunitas selama studi.”
Esai biasanya juga punya struktur yang lebih formal. Ada pendahuluan dengan tesis yang jelas, beberapa paragraf isi yang mendukung tesis, dan penutup yang merangkum ide. Meskipun begitu, tulisan esai yang bagus tetap harus punya “suara” yang personal.
Yang terakhir, isinya lebih mendalam dan reflektif. Kamu bisa membahas pengalaman hidup yang membentuk pemikiranmu, tantangan yang kamu hadapi, atau pandanganmu terhadap suatu isu. Esai adalah tempatmu menunjukkan kemampuan analitis dan kritis.
2. Motivation Letter
Nah, kalau motivation letter itu, seperti namanya, isinya tentang motivasi. Dokumen ini juga sering disebut letter of motivation atau statement of purpose, tapi biasanya fokusnya lebih ke kenapa kamu ingin mendaftar ke program atau beasiswa tertentu.
Motivation letter itu fokusnya adalah menghubungkan “siapa kamu” dengan “kenapa kamu pantas mendapatkan ini.” Kamu harus menjelaskan kenapa kamu memilih program studi tersebut, kenapa kamu memilih universitas tersebut, dan kenapa beasiswa itu sangat penting buatmu.
Bentuknya lebih mirip surat resmi, meskipun tetap punya gaya personal. Biasanya dimulai dengan salam, lalu paragraf-paragraf yang menjelaskan motivasimu, dan diakhiri dengan salam penutup.
Isi dari motivation letter lebih ke pandangan kedepannya. Kamu harus jelasin tujuan jangka pendek dan panjangmu. Apa yang ingin kamu capai setelah lulus? Gimana program ini bisa membantumu?
Kamu juga bisa ceritain pengalaman relevan yang membentuk minatmu, tapi harus terhubung langsung dengan alasanmu mendaftar.
Baca Juga: 3 Contoh Motivation Letter Bahasa Inggris untuk Beasiswa Luar Negeri
Kapan Harus Menggunakan Essay atau Motivation Letter?
Supaya nggak salah kaprah, KIPers perlu paham kapan waktunya menulis essay dan kapan harus menulis motivation letter.
Meskipun keduanya sering muncul dalam proses pendaftaran beasiswa, konteks penggunaannya sangat berbeda, dan cara menyusunnya pun harus disesuaikan.
1. Saat Beasiswa Hanya Meminta Essay
Kalau di panduan pendaftaran tertulis jelas bahwa dokumen yang diminta adalah essay, berarti fokus utama kamu adalah menjawab topik atau pertanyaan spesifik yang diberikan.
Contohnya, topiknya adalah “The Role of Technology in Sustainable Development”. Dalam kasus ini, kamu harus membangun argumen logis, menyertakan data atau studi kasus, dan menyimpulkan ide dengan solusi yang relevan.
2. Saat Beasiswa Hanya Meminta Motivation Letter
Kalau dokumen yang diminta adalah motivation letter, berarti yang ingin dilihat oleh pemberi beasiswa adalah cerita pribadi dan motivasi kamu.
Fokusnya bukan pada argumen atau topik global, tapi pada hubungan antara dirimu dan program yang kamu lamar.
Beberapa poin yang biasanya diharapkan ada di motivation letter:
- Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang relevan.
- Alasan spesifik memilih beasiswa dan institusi tersebut.
3. Saat Beasiswa Meminta Keduanya Sekaligus
Nah, ini yang sering bikin bingung. Banyak program beasiswa besar seperti LPDP, Chevening, atau Erasmus+, meminta keduanya sekaligus. Tantangannya adalah bagaimana menulis dua dokumen berbeda tanpa mengulang isi yang sama.
Strateginya seperti ini:
- Gunakan Essay untuk menunjukkan critical thinking, kemampuan riset, dan ide-ide besar yang relevan dengan topik yang diberikan.
- Gunakan Motivation Letter untuk memperkenalkan siapa kamu, motivasi pribadi, dan kenapa kamu layak mendapatkan beasiswa tersebut.
Tips Biar Nggak Tertukar saat Membuat Essay dan Motivation Letter
Meskipun perbedaan essay dan motivation letter dalam beasiswa sudah jelas, masih banyak yang bikin kesalahan, KIPers. Nih, mimin kasih beberapa kesalahan yang sering terjadi dan tips buat menghindarinya.
Kesalahan #1: Mengulang informasi yang sama persis. Misalnya, kamu cerita pengalaman kepemimpinan di esai dan motivation letter, tapi dengan narasi yang sama persis.
Kesalahan #2: Menjadikan motivation letter seperti ringkasan CV. Kamu cuma daftar pencapaian dan pengalamanmu.
Kesalahan #3: Tidak menyesuaikan setiap dokumen dengan beasiswa yang dituju.
Kesalahan #4: Menggunakan kalimat pasif terlalu sering. Meskipun bisa bikin tulisanmu variatif, tapi terlalu banyak kalimat pasif bisa bikin tulisanmu terdengar kurang berenergi.
Kesimpulan
Essay dan motivation letter memang sering dianggap sama, padahal tujuannya berbeda. Essay lebih menonjolkan kemampuan berpikir kritis dan menyusun argumen, sementara motivation letter menunjukkan motivasi, perjalanan hidup, dan rencana masa depan. Kalau kamu bisa menguasai keduanya, peluang untuk lolos beasiswa akan jauh lebih besar.
Buat KIPers yang serius pengen meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris dan persiapan beasiswa, mimin saranin banget buat ikut kursus IELTS di Jakarta bareng Kampung Inggris Plus.
Kamu bakal dapat fasilitas asik seperti dormitory nyaman, kelas yang mendukung belajar intensif, dan area rekreasi buat refreshing.
Jangan ragu, ambil langkah ini supaya nilai IELTS kamu makin cemerlang dan beasiswa impian makin mudah diraih!
Cari tau lebih lanjut dan daftar sekarang di kursus IELTS Kampung Inggris Plus, ya!
