Kesalahan Grammar di Motivation Letter yang Harus Dihindari

KIPers, waktu kamu menulis motivation letter untuk beasiswa atau program akademik, kadang kamu sudah punya konten yang keren, tapi karena grammar-nya kurang tepat, suratmu jadi sulit dibaca dan terkesan kurang serius. Grammar bukan soal pamer bahasa, tapi soal kejelasan dan kredibilitas.

Reviewer itu baca puluhan bahkan ratusan surat. Kalau kalimatmu ambigu atau tenses-nya lompat-lompat, mereka mungkin kesulitan memahami maksudmu. Mimin sendiri pernah baca contoh motivation letter bagus dari sisi isi, tapi grammar-nya membuat esai tersebut dibaca dua kali baru paham maksudnya.

Tenang, mimin bantu kamu bongkar satu-satu kesalahan grammar saat menulis motivation letter yang sering terjadi, dan gimana cara hindarinnya.

1. Kesalahan Tenses Campur Aduk

Kesalahan grammar di motivation letter paling umum itu soal tenses. Misalnya, kamu menulis satu paragraf yang harusnya pakai past tense karena cerita pengalaman lalu, tapi tiba-tiba lompat ke present tense. Hal ini bikin pembaca bingung, mana yang sudah terjadi dan mana yang masih berlangsung sekarang.

Contoh keliru: “I managed a project last year and I lead a team of volunteers.” Kalimat ini mencampur past tense dan present tense secara tidak konsisten.

Seharusnya ditulis: “I managed a project last year and led a team of volunteers.” Semuanya past tense karena pengalaman itu sudah selesai. 

Kalau kamu ingin menyampaikan hal yang masih kamu lakukan hingga sekarang, gunakan present perfect seperti: “I have led multiple teams since 2021.”

2. Subject-Verb Agreement yang Gagal Fokus

Masalah klasik lainnya adalah subjek tunggal tapi pakai verb jamak, atau sebaliknya. Ini sering terjadi karena kalimatnya panjang atau karena kamu pakai modifier seperti “together with”, “as well as”, dll. Kadang subjek kalimat tertutup oleh frasa tambahan, jadi kamu mengira bentuknya jamak.

Contoh keliru: “My experience in volunteer work and academic competitions have shaped my leadership skills.” Di sini, subjek utamanya adalah “experience” yang tunggal, jadi harus pakai “has”.

Kalimat yang benar: “My experience in volunteer work and academic competitions has shaped my leadership skills.” Pastikan kamu tahu mana subjek utama dari kalimatmu.

3. Penggunaan Artikel A, An, dan The yang Tidak Konsisten

Grammar dasar seperti penggunaan a/an/the sering disepelekan. Padahal ini bisa memengaruhi makna kalimat.

Contoh keliru: “I applied for an scholarship from the organization.”

Seharusnya: “I applied for a scholarship from the organization.”

Gunakan a/an untuk benda yang belum spesifik, dan the untuk benda yang sudah diketahui konteksnya. Kalau kamu bingung, biasanya “a” dipakai untuk hal baru disebut, dan “the” untuk yang sudah diketahui pembaca.

4. Kalimat Pasif Berlebihan

Satu dua kalimat pasif itu oke. Tapi kalau semua kalimat pakai struktur pasif, motivation letter kamu terdengar kaku dan kehilangan personal touch. Apalagi motivation letter butuh menunjukkan inisiatif dan aksi langsung dari kamu.

Contoh pasif berlebihan: “A project was managed by me. The training was conducted. The goal was achieved.” Kalimat-kalimat ini terlalu umum dan tidak menunjukkan siapa pelakunya secara aktif.

Lebih baik ditulis: “I managed a project, conducted the training, and achieved the target outcomes.” Kamu tampil sebagai pelaku utama dan pembaca jadi bisa lebih mudah menilai kontribusimu.

Baca Juga: Cara Menulis Motivation Letter Bahasa Inggris untuk Beasiswa

5. Penggunaan Preposisi yang Salah Tempat

KIPers, ini yang sering muncul: preposisi seperti “in”, “on”, “for”, “to” dipakai asal-asalan. Penggunaan preposisi yang keliru bisa bikin kalimat terasa nggak natural dan kadang malah berubah artinya.

Contoh salah: “I contributed for the success of the event.” Meskipun terdengar benar dalam Bahasa Indonesia, dalam Bahasa Inggris yang tepat adalah “contributed to”.

Kalimat yang benar: “I contributed to the success of the event.” Beberapa kolokasi umum yang perlu kamu hafal, seperti: “focus on”, “interested in”, “apply for”, “responsible for”, dan “participate in”. Salah satu cara terbaik untuk menguasainya adalah sering baca contoh esai dan catat pola-pola itu.

6. Plural vs Uncountable Noun yang Tertukar

Beberapa kata seperti advice, information, research, equipment itu uncountable, jadi jangan pernah ditambah “s”. Kesalahan ini sering banget muncul di motivation letter karena banyak yang mengira semua noun bisa dibuat jamak.

Contoh salah: “I received many advices from my mentor.” Padahal “advices” itu tidak ada dalam Bahasa Inggris formal.

Seharusnya: “I received a lot of advice from my mentor.” Atau kalau ingin lebih spesifik: “My mentor gave me a valuable piece of advice before the interview.”

7. Kalimat Terlalu Panjang dan Tidak Efektif

Motivation letter bukan lomba jumlah kata. Reviewer lebih suka kalimat jelas, padat, dan tidak bertele-tele. Kalau kalimatmu kepanjangan, pembaca bisa kehilangan fokus di tengah jalan.

Contoh terlalu panjang: “Due to the fact that I was interested in helping the community, I decided that I would join a program that allowed me to volunteer in rural areas and that program gave me the opportunity to learn about various challenges.”

Revisi yang lebih baik: “Because I wanted to help the community, I joined a rural volunteer program that exposed me to real-world challenges.” Jauh lebih mudah dipahami, tetap lengkap secara informasi.

8. Redundansi dan Pengulangan Ide

Kadang karena takut kekurangan kata, kamu bisa tergoda mengulang ide yang sama dengan kalimat berbeda. 

Tapi di motivation letter, ini justru bikin nilai turun. Panel penilai akan merasa kamu berputar-putar tanpa menambahkan informasi baru.

9. Kata Sifat dan Kata Keterangan yang Berlebihan

Jangan taburkan “very”, “really”, atau “extremely” terlalu sering. Ini bikin kesannya kamu sedang berusaha keras meyakinkan dan malah mengurangi kesan profesional.

Contoh:

“I am very passionate and really committed to this field.” Walaupun niatnya baik, kalimat ini terdengar berlebihan.

Lebih baik tulis: “I am committed to this field and have demonstrated my passion through ongoing community work.” Fokus ke aksi, bukan perasaan.

10. Kalimat Generik Tanpa Bukti

Motivation letter yang sukses selalu spesifik. Klaim tanpa data atau contoh bikin kesanmu jadi lemah dan mudah dilupakan.

Contoh: “I am a hardworking person.” Ini terlalu umum dan semua orang bisa menulis hal yang sama.

Lebih baik: “I completed a six-month research project on marine pollution while leading a community clean-up initiative.” Ini menunjukkan kerja kerasmu tanpa perlu kamu bilang langsung.

Baca Juga: Struktur Ideal Motivation Letter Bahasa Inggris

Motivation letter itu salah satu syarat penting buat dapetin beasiswa impian. Tapi sebagus apapun ceritamu, kalau grammar-nya berantakan, peluang bisa langsung turun drastis. 

Kesalahan grammar di motivation letter seperti salah tenses, subject-verb yang nggak cocok, atau preposisi yang ngawur, sering banget jadi bumerang buat pelamar.

Jadi, sebelum kamu submit motivation letter-mu, cek lagi apakah grammar-nya udah benar. Bisa juga minta tolong teman untuk proofread atau gunakan grammar checker online seperti Grammarly, Hemingway, atau bahkan baca keras-keras biar tahu bagian mana yang janggal.

Dan kalau kamu pengen skill grammar-mu makin tajam, terutama buat keperluan akademik atau IELTS, mimin saranin kamu ikut kursus IELTS di Kampung Inggris Plus, Jakarta. 

Di sana kamu bakal diajarin cara nulis essay dan motivation letter yang nggak cuma bagus, tapi juga grammar-proof! Plus, fasilitasnya lengkap banget.

Ayo, saatnya ningkatin skill kamu bareng Kampung Inggris Plus!